Jumat, 07 Desember 2012

Autobiografi

-->



Autobiografi
Maretha Putri Ayu
x-5





Daftar isi
Cover …………………………………………………………………………………………  i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………. ii
Kata Pengantar………………………………………………………………………….. 1
Biodata Penulis …………………………………………………………………………. 2
Masa Kanak-kanak dan TK…………………………………………………………. 3
Masa SD……………………………………………………………………………………. 11
Masa SMP…………………………………………………………………………………. 19
Masa SMA-sekarang………………………………………………………………….. 25












Kata pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Kuasa bahwasanya saya telah berhasil menyelesaikan tugas berupa sebuah karya tulis yang berbentuk autobiografi
Adapun rasa terima kasih yang tak terhingga saya  sampaikan kepada Ibunda yang telah banyak membantu dalam pembuatan autobiografi ini serta teman, guru dan keluarga yang telah berperan besar dalam mewarnai hari-hari saya. Tanpa mereka, autobiografi ini tidak akan dapat dibuat.
Penulis sungguh berharap bahwa autobiografi ini dapat menghibur dan memberi manfaat bagi orang yang membacanya. Lebih khusus lagi, penulis berharap autobiografi ini dapat memenuhi standar yang ditetapkan oleh Ibu Zarnifatma dalam menilai tugas ini.
          Akhir kata, saya meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan auto biogafi ini. Bagaimana pun, saya hanyalah manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan. Saya juga meminta maaf jika ada bagian-bagian yang menyinggung perasaan pembaca sekalian. Semoga autobiografi ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.











Biodata Penulis

Nama Lengkap   : Maretha Putri Ayu
Nama Panggilan : Maretha / Etha
TTL                       : Jakarta, 2 Maret 1997
Agama                 : Islam
Alamat                : Sawangan Permai Blok A/4 no. 7 Sawangan Depok
Nama Orang Tua
Ayah                    : Endang Mulyadi
Ibu                       : Sri Juniyeti
Anak ke               : 1 dari 2 bersaudara










1. Masa Kanak-kanak dan TK
            Pada hari Minggu, 2 Maret 1997, tepatnya pukul 07.00 WIB ibu saya berhasil menjalani operasi, berjuang melawan rasa sakit dan takut demi kelahiran saya. Saya dilahirkan dengan panjang 43 cm dengan berat 2,75 kg. Saya anak pertama dan saya juga cucu pertama dari keluarga ayah. Saya dilahirkan dengan proses operasi dikarenakan saya belum juga menandakan tanda-tanda akan lahir saat kehamilan ibu saya telah masuk bulan ke-10.
            Dan pada akhirnya dokter menyarankan untuk melakukan operasi kelahiran. Dan ternyata penyebab keterlambatan kelahiran saya karena saya terlilit tali pusat.
            Saat bermur 1 bulan lebih 10 hari, saya dibawa orang tua saya untuk tinggal bersama Oma-Opa di Palembang karena kedua orang tua saya bekerja dan oma tidak mengijinkan saya untuk diurus baby sister. Saya tinggal bersama oma sampai saya berumur 4 bulan.
            Saat itu orang tua saya masih tinggal di daerah Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Saat itu saya diurus oleh seorang baby sister bernama Was. Saya dan orang tua saya tinggal di Lenteng Agung hanya beberapa bulan, lalu kami pindah ke Sawanga, tempat kami tinggal sampai sekarang. Saat orang tua saya bekerja, saya diasuh dan bermain bersama mbak Was. Tapi pada suatu hari ada orang yang meminta izin ke mbak Was untuk mengambil tabung elpiji di dalam rumah, dengan alasan disuruh oleh ibu saya untuk mengambilnya. Karena mbak Was tidak tahu apa-apa, dia mengijinkan orang tersebut mengambil tabung elpigi di dalam rumah. Dan saat orang tua saya pulang bekerja, mbak Was menceritakan kejadian tersebut, dan ibu saya mengatakan bahwa dia tidak menyuruh siapa-siapa untuk mengambil tabung elpiji. Dari kejadian itu lah orang tua saya merasa khawaitir terhadap keamanan rumah, dan akhirnya ibu saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjaga saya.
            Saat saya mulai tumbuh gigi, seperti anak kecil pada umumnya, saya senang menggigit sesuatu karena merasa gusinya gatal. Tetapi, saat saya merasa gusi saya gatal dan ingin menggigit seuatu, saya pasti akan berlari ke mbak Was dan menggigit mbak Was. Saya tidak pernah mau menggigit ayah atau ibu saya.
            Dulu rambut saya pendek seperti anak laki-laki dan ayah saya selalu mengajarkan saya perilaku anak-anak laki-laki. Acara televisi yang sering saya tonton saat saya kecil adalah film “Mak Lampir”, “Genie oh genie”, “Jin dan ju”, “Tuyul dan Mbak Yul” dan “Saras 008”. Suatu hari saat saya sedang bermain di depan rumah mbah saya di Palembang, saya bermain di atas jembatan dengan ditemani oleh ayah saya. Saat itu ayah saya sedang berbincang dengan tetangga dekat rumah mbah, dan saya sedang menirukan gaya “Saras 008” saat ia ingin berubah menjadi super hero. Saya berputar-putar dan karena masih sangat kecil, saya berputar hingga jatuh ke dalam sungai.
            Ayah saya tidak menyadari kalau saya tercebur kedalam sungai, beruntungnya ada tetangga mbah saya yang melihat kejadian itu dan langsung menolong saya. Semua orang panik dan beruntungnya saya tidak apa-apa. Saat ibu dan mbah saya bertanya “Etha tadi kenapa ?” saya hanya menjawab “Tadi etha liat ikan mah” jawaban saya itu mengundang gelak tawa orang-orang yang panik. Saat dirumah mbah juga saya pernah mengalami kejadian yang tidak mengenakan, saat itu saya bermain di depan rumah mbah saya, dan saya menarik ekor kucing liar yang ada di sekitar rumah mbah saya, saya pun dicakar oleh kucing itu dibagian kaki, dan kaki saya berlumuran darah. Karena merasa takut dan sakit, saya berlari ke ibu saya dan ibu saya pun sangat kaget dan panik saat melihat kaki saya penuh darah.
            Saat dirumah mbah juga saya pernah melakukan ulah yang membuat mbah saya diminta ganti rugi karena tetangganya yang memiliki anak ayam yang dilepas begitu saja dan bermain di depan rumah mbah saya, saya cekik satu persatu sampai mati. Hehehe... Memang sudah bandel dari kecil sepertinya. Dulu saya juga suka merusak jam waker di rumah Oma. Saya sangat senang merusak jam waker. Entah bagaimana dan apa yang saya lakukan, yang jelas, apabila saya memegang jam waker beberapa menit kemudian jam tersebut sudah terlepas semua bagiannya. Mulai dari kacanya, jarumnya, semuanya saya lepaskan.
            Saat berumur 3 tahun, saya dimasukan ke TPA di dekat rumah oleh ibu saya. Saat itu saya paling kecil sendiri. Dan hanya saya yang masih membaca Iqra. Saat berumur 4 tahun saya dimasukan ke TK Al-Mashum oleh orang tua saya. Disitu saya mulai bersosialisasi. Mulai belajar berteman, dan berbagi minan dengan teman. Pertama masuk TK saya tidak merasa takut atau menangis saat ditinggal oleh ibu saya. Saya justru mendekati dan mengajak main teman-teman saya yang lain agat mereka tidak menangis. Di TK saya diajarkan mewarnai, menulis angka, menempel, menggunting, menari, dan semphoa. Dulu saya sangat senang menggambar dan mewarnai. Saya sering mengikuti lomba-lomba dan mendapatkan prestasi dibidang menggambar dan mewarnai. Tapi saat beranjak ke SD saya jadi jarang menggambar dan mewarnai, dan saya tidak menikuti les manggambar lagi, sehingga bakat itu bagaikan menguap begitu saja.

2. Masa SD
            Saat berumur 6 tahun 3 bulan, saya didaftarkan masuk SD oleh ibu saya. Dulu ibu saya dan ibunya Elfira sama-sama mendaftarkan kami ke SDN Anyelir 1. Tetapi syaang nya hanya Elfira yang masuk ke SDN Anyelir 1. Saya tidak diterima di SDN Anyelir 1 karena alasan umur saya yang tidak mencukupi untuk masuk ke SDN Anyelir. Akhirnya saya pun di daftarkan ke SDN Depok Jaya 1. Di SD saya menemukan teman-teman yang jauh lebih banyak daripada di TK.
            Teman-teman saya makin beragam dan saya mempunya kakak kelas atau kakak tingkat. Saya pertama kali masuk SD duduk di kela 1a. Tidak ada seorang teman pun yang saya kenal waktu itu. Dulu saya duduk bersama Intan, Intan mempunyai saudara bernama Adit, yang juga duduk di kelas 1a. Saat di SD saya pernah mengobrol saat guru agama saya sedang menerangkan pelajaran. Karena saya belum tahu bahwa di SD tidak boleh mengobrol, saya pun dengan santainya mengobrol dan menghadap ke belakang saat guru saya menerangkan. Alhasil saya pun dicubit oleh guru saya. Sejak saat itu saya kapok mengobrol di kelas, karena tidak mau dicubit + diplototi guru saya.
            Saat pelajaran bahasa indonesia guru saya menugaskan untuk menulis kata “Uang” dan karena saya belum terlalu lancar membaca sayapun menulis kata “Uang” dengan ejaan “U-Wang” dan saat buku saya dibagikan dan saya mendapat nilai 90, dan saat saya lihat bagian yang salah adalah ejaan “U-wang” saya pun maju ke depan, dan menanyakan mengapa ejaan saya salah. Dan guru saya menjelaskan bahwa ejaan untuk “Uang” tidang menggunakan huruf “W” dan sayang teguh bahwa ejaan saya benar. Saya merasa teguh bahwa saya benar karena guru saya tidak menjelaskan nya kurang memuaskan dan kurang membuat saya mengerti. Lama kelamaan saya pun tahun bahwa memang ejaan untuk “Uang” tidak menggunakan huruf “W” dikamus bahasa Indonesia. Saat pembagian rapot pertama di SD saya tidak terlalu perduli dengan kata-kata “Rank”. Karena saya belum terlalu mengerti fungsi Rank itu apa. Saat itu saya memperoleh rank ke-2 di kelas. Yang saya herankan mengapa saya rank 2 sedangkan jumlah nilai saya sama dengan rank pertama.
            Dan setelah mendapat penjelasan dari guru, dia mengatakan bahwa saya memperoleh rank ke-2 karena saya kurang dari segi “Kerapihan”. Sejak saat itu saya sangat memperhatikan kerapihan saya. Saat di SD pelajaran kegemaran saya adalah pelajaran komputer, karena pelajaran komputer hanya bermain puzzle, dan berbagai macam games lainnya. Dulu saya pernah mendapat nilai sangat jelek di matapelajaran Matematika. Saya dimarahi ibu saya karena memperoleh nilai yang kurang memuaskan. Dan saya diajari oleh ibu, tetapi sya menonton televisi, dan ibu sayapun marah sangat menyeramkan. Sejak saat itu, saya sangat bersungguh-sungguh dalam mempelajari matematika, karena tidak ingin dimarahi lagi.
            Saat saya duduk di kelas 3 SD, Ibu saya melahirkan seorang adik laki-laki yang tampan dan sangat lucu. Ia diberi nama Muhammad Danu Hartawan. Ia hanya dapat bersama kami selama 8 bulan. Ia meninggal akibat kelainan Jantung. Hal tersedih yang pernah saya rasakan. Kehilangan seorang adik yang sangat kau sayangi. Adik yang selama ini kau tunggu dan kau nanti-nantikan hanya bisa berasamamu selama 8 bulan. Belum sempat bermain bersama. Saya baru bau mengenalnya, tetapi dia sudah diapnggil.
            Saat itu saya sangat sedih melihat ibu saya yg tak henti-hentinya menangis, melihat ayah saya yang kebingungan. Semua bagaikan mimpi. Dan saya sendiri belum bisa terima bahwa adik saya sudah tidak ada. Saya sempat merasa tuhan tidak adil dan saya merasa tuhan tidak sayang kepada saya dan adik saya. Tapi semakin kedepan saya makin menyadari bahwa Tuhan pasti mempunyai rencana dibalik itu semua. Tuhan menginginkan saya menjaga orang tua saya di dunia dan dia mengutus adik saya menjaga orang tua saya dari surga sana. Dan sampai sekarang saya yakin, adik saya melihat saya dan orang tua saya dari atas sana. Dia pasti mendoakan keluarganya.
            Saat duduk di kelas 4 SD saya mengikuti ekskul Drum Band. Saat itu posisi saya di Drum Band menjadi seorang pemain drum Tenor. Itu pengalaman pertama saya memainkan alat musik drum. Pengalaman itu sangat tak terlupakan, saya tampil mengikuti lomba dengan menggunakan seragam drumband dan mengenakan stand drum dan bermain tenor pertama kali saat lomba di daerah Bogor. Dan Tim Drum Band kami mendapat juara umum, betapa senangnya perasaan saya saat itu. Saya tidak lama menjadi seorang pemain Tenor, beberapa bulan kemudian saya dipindahkan menjadi pemain Bass Drum. Bas Drum adalah drum yang sangat besar yang biasa ada di tim Drum Band. Tetapi posisi saya itu tidak bertahan lama juga, karena saya dipindahkan posisi mejadi seorang Majorete.
            Betapa senangnya perasaan saya saat saya dipilih menjadi seorang majorete. Saya mulai belajar memainkan stik majorete, belajar spin sambil setengah khayang, belajar melempar stik majorete, belajar memberikan kode ke pemain lain dan masih banyak lagi. Saat duduk di kelas 5 SD saya muali pasif di kegiatan drum band. Saya mulai mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional. Di kelas 5 saya mulai merasa pelajaran matematika saya agak kurang dan saya meminta ibu saya untuk didaftarkan kumon. Akhirnya pada saat itu saya masuk dengan level awal “A” saya bingung saat itu, mengapa anak kelas 5 SD diberikan soal-soal pertambahan dan pengurangan. Ternyata memang prinsip dasar kumon membangun pondasi matematika awal baru mempelajari materi sesuai tingkat kelas, dan mempelajari jauh diatas tingkat kelas. Sejak masuk kumon saya merasa terbantu di mata pelajaran matematika. Di saat kelas 6 SD saya sudah dapat mengerjakan soal materi kelas 2 SMP, itu sangat membantu pelajaran saya di sekolah dan menumbuhkan rasa percaya diri saya dalam menghadapi UN.
            Saat Ujian Nasional, saya merasa agak sedikit gugup. Karena di berita sangat ramai perbincangan bahwa ada siswa-siswi SMP dan SMA yang tidak lulus. Dan saya pun merasa takut. Hari penentuan masa SD saya pun tiba. Hari demi hari dilalui, dan tak terasa saya bisa melewati Ujian Nasioanal tanpa adanya halangan yang berarti.
            Tetapi kegugupan belum berakhir disitu saja. Saya masih merasa waswas karena belum mengetahui hasilnya. Setiap hari saya berdoa untuk mendapatkan nilai yang memuaskan. Sebelum hasil UN keluar, saya mengikuti test masuk SMP. Ibu saya mendaftarkan SMP di SMP 2 yang katanya sudah bertaraf Internasional. Sebenarnya saya ingin masuk SMP 1 Depok, karena teman-teman saya banyak yang ingin masuk ke SMP 1 Depok. Tetapi karen banyak beberapa teman saya yang mendaftar ke SMP 2 Depok, saya pun akhirnya mau mengikuti test di SMP 2. Pada hari pertama test, aaya diantar oleh ibu, tetapi saat ingin berangkat dari rumah, ban motor ibu saya pecah dan harus ke tambal ban. Tetapi waktunya sudah sangat mepet dan apabila saya menunggu ban motor ditambal saya pasti akan datang telat di test. Akhirnya saya pergi ke SMP 2 dengan naik ojek. Sesampainya di SMP 2 Depok, saya tidak tahu harus kemana. Saya pun bertanya ke panitia dan saya ditunjukan ruangan test untuk saya. Saat test saya duduk sebangku dengan Rodli, Rodli adalah anak laki-laki dari salah satu SDIT.
            Test masuk SMP 2 Depok selama 3 hari, dan minggu depan nya adalah pengumuman hasil test. Saat hari pengumuman itu tiba, teman-teman saya orang tuanya sudah mengambil dan mereka sudah mengetahui hasil testnya. Banyak diantara mereka yang tidak lulus, dan mereka menangis. Tetapi saya sendiri belum mengetahui hasilnya karen saya di sekolah dan ibu saya belum memberikan kabar. Saat pulang sekolah ibu saya menjemput saya dan mengabarkan bahwa saya diterima di SMP 2 Depok. Betapa senang nya saya. Teman-teman saya memberikan selamat kepada saya atas kelulusan saya di test masuk SMP 2 Depok. Tapi entah mengapa saya masih sangat ingin masuk SMP 1 Depok karen banyak teman-teman saya yang ingin masuk ke SMP 1 Depok.
            Saat pengumuman hasil UN tiba, teman-teman saya datang pagi dan saya dengan ibu saya datang agak siang. Dan sesampainya di sekolah, setelah selesai memarkir motor, ibu saya mendapat selamat dari ibu teman-teman saya, mereka mengatakan bahwa saya memperoleh nem tertinggi di sekolah. Betapa senang nya hati saya saat mendengar kabar tersebut. Saya memperoleh nem 28,20. Yang membuat saya kecewa adalah saya tidak memperoleh nilai 10 di salah satu mata pelajaran. Padahal saya sangat berharap saya memperolah satu angka 10 disalah satu mata pelajaran. Tetapi ya sudah lah, saya sudah cukup bahagia dengan nilai yang saya peroleh.

3. Masa SMP
            Setelah lulus dari SD saya melanjutkan sekolah ke SMP 2 Depok. Disana terdapat 5 kelas RSBI dan 4 kelas Reguler, saya mempunyai teman yang lebih banyak lagi dibandingkan di masa TK dan SD. Ternyata disaat saya mendaftar ulang saya bertemu dengan Rodli, teman sebangku saya saat test. Dan saya bertemu beberapa teman TK saya seperti Nida, Giza, Febi, Rafdi, Sasa, dan masih banyak lagi.
            Di SMP 2 saya baru merasakan awal-awal menjadi anak SD yang sibuk mempersiapkan MOPD untuk masuk masa ajaran baru di SMP. Itu hal yang tak terlupakan bagi saya. Saya disuruh meminta tanda tangan kakak kelas. Tetapi sebelum diberikan tanda tangan, kita diberikan satu tantangan terlebih dahulu. Saya pernah disuruh bernyanyi, memperagakan gaya berenang di tengah lapangan, mencubit kakak kelas lain, dan masih banyak lagi.
            Dulu saat MOPD SMP saya mendapat kan kelompok Nusantara yang bersimbol warna merah. Hal yang paling tidak bisa saya lupakan adalah saat aksi dari ekskul-ekskul di SMP 2. Ada satu aksi ekskul yang membuat saya panik. Yaitu ekskul PMR. Di aksinya, anak-anak PMR memperagakan cara pertolongan pertama dan cara menjangkau medan yang sulit. Dan saat ada adegan salah satu peserta MOP yang melompati tumpukan kursi dan meja, peserta MOPD tersebut terjatuh dan berdarah sangat banyak. Semua anggota MOPD yang lain mengrubungi korban, dan semua diharap tidak panik dan korban dibawa memutari lapangan. Yang saya curigai adalah, apabila itu kejadian yang sebenarnya, mengapa korban tidak langsung ditangani, dan mengapa harus dibawa mengitari lapangan ? Ternyata setelah saya tanyakan kepada kakak korlas saya, dia berkata bahwa itu adalah bagian adegan dari aksi ekskul PMR.
            Saya pun merasa malu karena jujur saja saya merasa panik saat melihat peserta MOPD terjatuh dan bajunya berlumuran darah. Saat pembagiaan seragam, hal yang paling membanggakan adalah saat mengenakan batik SMP 2 untuk yang pertama kalinya. Saya merasa sangat norak waktu itu. Tapi memang begitulah yang saya rasakan. Saat seminggu setelah pembagian baju seragam saya menggunakan seragam hari rabu yaitu seragam pramuka. Dan hari itu berjalan seperti hari-hari biasanya, tetapi semua berubah ketika saat setalah jam istirahat pertama, pelajaran selanjutnya adalah pelajaran fisika yang mengharuskan siswa membawa kamus, karena pelajaran fisika menggunakan 2 bahasa dalam penjelasan nya. Saya membawa kamus elektrik, dan kebetulan kamus saya baterai nya habis dan harus di charge. Akhirnya sya pun mencharge kamus elektrik saya dibawah meja guru, karena hanya dibawah meja gurulah terdapat stop kontak listrik.
Kamus saya berada di bawah kursi guru. Dan bel pergantian belajarpun berbunyi. Saya panik karena saat saya mencari-cari kamus saya, kamus saya tidak ada di dalam tas, meja, loker dan kolong meja saya. Dan teman dekat saya Irna mengingatkan kalau kamus saya sedang di charge di bawah meja guru. Melihat guru saya sudah berjalan memasuki kelas dan duduk di kursi guru, saya khawatir kamus saya akan terinjak, saya pun berlari secepat yang saya bisa untuk menyelamatkan kamus saya. Dan tanpa saya sadari rok saya tersangkut di ujung papan tulis,dan terdengar bunyi “BREK” yang membuat semua anggota kelas melihat ke arah saya. Dan ternyata rok pramuka saya sobek begitu besar. Kejadian itu sangat memalukan. Guru syaa pun tertawa melihat kejadian itu.
            Saat saya naik kelas 8 saya mendapatkan kelas 8E. Dan di kelas 8 ini lah saya merasakan kekompakan kelas yang begitu kekeluargaan dan saling menyayangi satu sama lain. Di kelas 8 ini saya merasakan program Study Tour untuk pertama kalinya. Baru kali itu saya pergi jauh dari rumah tanpa didampingi orang tua. Dan ternyata ketakutan saya bahwa saya tidak bisa mandiri pun berkurang, karena saya dapat mengurus semua keperluan saya sendiri selama 4 hari. Saat study Tour saya merasakan pengalaman pertama kali memasuki goa dimalam hari, melihat gunung merapi, berbelanja oleh-oleh, bangun pagi yang amat teramat pagi, dan masih banyak lagi.
            Sepulang dari Study Tour saya sakit beberapa hari karena saya kurang memperhatikan pola makan. Study Tour adalah pengalam paling berkesan yang saya alami selama menjadi siswi SMP 2 Depok. Saat kenaikan kelas saya mendapatkan kelas 9a. Kelas ini sama seperti kelas MOPD dan kelas saat kelas 7 dulu. Dikelas 9 saya dipercaya menjadi seorang ketua kelas. Saya pun berusaha menjalan kan amanah yang mereka berikan kepada saya. Dikelas 9 saya merasakan ketegangan ingin menghadapi UN yang berkali-kali lipat dibanding saat ingin menghadapi UN di waktu SD.
            Saya berusaha semaksimal yang saya mampu untuk mengerjakan Try Out yang diberikan. Tetapi hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. TO pertama saya memperoleh nilai 32, tepatnya saya lupa. TO ke 2 hanya mendapatkan nilai 31, dan TO ke 3 saya sempat mencapai angka 35, tetapi itupun masih dibawah harapan saya. Dan puncak kesedihan dan kehawatiran saya saat saya melihat hasil TO ke 4 saya. Saya mendapat angka 2 dan 4 di mata pelajaran IPA dan Matematika. Guru-guru saya tidak percaya saya mendapatkan angka 2 dan 4 dimata pelajaran IPA dan Matematika. Para guru IPA saya menanyakan, apakah saya mempunyai masalah atau saya tidak bisa mengerjakan atau bagaimana ? Dan guru matematika saya menyuruh saya mengerjakan ulangan TO itu di kertas selmbar di depan mereka, dn hasilnya seharusnya saya tidak mendapatkan angka 2 dan 4 di mata pelajaran itu.
            Guru Fisika saya merasa tidak percaya dan dia menanyakan hal itu ke diknas Jawa Barat. Karena bukan saya saja yang memperoleh nilai 2 dan 4 di mata pelajaran IPA dan Matematika. Hampir bisa dibilang, semua nilai IPA dan Matematika teman-teman saya yang satu paket dengan saya memperoleh nilai yang buruk. Setelah dilaporkan ke pihak Diknas Jawa Barat, ternyata ada kesalahan penyocokan kunci jawaban dari puhak Diknas. Dan seharusnya apabila menggunakan kuci yang sebenarnya saya peringkat 4 paralel. Tetapi masih kisaran total nilai 35, sekian. Dan hari penentuan masa SMP saya pun tiba. Saya mengerjakan soal demi soal dengan tenang dan sebisa yang saya mampu.
            Selesai menjalankan UN saya pun mulai disibukan dengan memilih SMA yang akan saya tuju selanjutnya. Pilihan utama saya adalah SMANSA karena lokasinya yang dekat dari rumah saya dan memang unggulan. Dan SMA lain yang ingin saya daftar adalah SMA 28 Jakarta. Saya mendaftarkan diri ke smansa bersama-sama teman-teman saya dari SMP 2 Depok. Dan saya pun mengikuti tes di SMANSA tanpa ada hambata yang terlalu serius. Pengumuman pertama adalah pengumuman hasil test “Tertulis”. Dan Bukan sampai sini saja perjuangan yang harus saya lakukan, setelah test tertlis saya harus mengikuti test lisan atau test wawancara bahas inggris. Dan setelah pengumuman hasil test tertulis + test wawancara, saya dinyatakan lulus dengan peringkat 73. Dan tahap selanjutnya adalah penambahan nilai hasil UN.
            Saya sangat takut menunggu hasil UN. Saat hari pengumuman UN tiba. Saya dan ibu saya sangat tegang. Sesampainya di sekolah banyak ornag tua murid yang dikumpulkan dalam kelas terlebih dahulu untuk diberikan penjelasan dari wali kelas. Dan pembagian nilai UN pun tiba. Teman-tema saya yang mendapat giliran pertama ada yang menangis, ada yang tersenyum bahagia. Hal itu menambahkan ras tegang saya. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya ibu saya mendapat giliran menagmbil nilai, betapa bahagianya saya saat diberitahukan bahwa saya meraih nilai UN tertinggi di kelas dengan memperoleh nilai matematika 10. Hal terbahagia bagi saya, bisa memperoleh nilai 10 untuk orang tua saya.
            Memang bukan hal luar biasa memperoleh nilai matematika 10 di UN. Tapi entah bagi saya itu satu hal sangat membahagiakan. Setidaknya saya melampaui target saya. Saya menargetkan mendapatkan nilai UN 37, sedangkan saya memperoleh 38,15. Itu hal yang sudah lebih dari kata cukup bagi saya. Dan saya merasa bahagia karena saya bia melihat orang tua saya tersenyum bangga.

4. Masa SMA
            Setelah lulus dari SMP saya mempersiapkan diri untuk menjadi siswi SMANSA Depok. Saat pembagian kelompok MOPD saya mendapatkan kelas X-5 dengan warna kelompk “Ungu” dan bimbingan koorlas kak Silmi dan kak Fahmi. Mereka ber-2 adalah koorlas yang sangat baik. Selalu mengarahkan kami, membimbing kami mengerjakan tugas-tugas MOPD yang begitu banyak.
            Di kelompok MOPD saya sekelompok dengan beberapa teman dari SMP yang sama. Mereka adalah Aryo, Imam, Dhito, Nenis, Ifa, dan masih ada beberapa yang lain. Teman-teman saya yang berasal dari SMP yang sama banyak yang menjadi siwa-siswi SMANSA. Tahun ini Masa Orientasi Peserta Didik baru hanya dilaksanakan selama 3 hari, dikarenakan bentrok dengan jadwal puasa.
            Di MOPD SMANSA kakak-kakak MPK dan OSIS dibagi menjadi beberapa kelompok. Ada yang menjadi Korlas, Sentra, Kakak Acara, dan Kakak Inti. Dari beberapa kelompok kakak MPOS itu yang paling ditakuti oleh para peserta MOPD adalah kakak Sentra. Dikarenakan semua kakak Sentra selalu memarahi dan memberikan kami tugas yang begitu banyak. Mulai dari Esay, menulis tata tertib, membawa bekal makanan, menilus kaligrafi, hafalan surat al-Qur’an, diary dan masih banyak tugas lain nya.
            Karena terlalu banyak tugas menulis tata tertib, ada beberapa peserta MOPD yang menulis tata tertib di buku MOPD dengan menggunakan kertas karbon. Itu memang membantu menulis dalam jumlah banyak, tetapi itu sangat berpotesi mengundang amarah kakak sentra. Dan alhasil saat apel pagi semua peserta MOPD di marahi oleh kakak sentra. Dan kami semua dimarahi oleh pak Teguh selaku pembina MPOS SMANSA. Kami semua diberi julukan angkatan “Tempe”. Tapi itu semua tidak membuat kami sedih. Justru membuat saya dan teman-teman lain ingin menunjukan ke kakak sentra bahwa kami bukan tempe dan kami bisa.
            Disaat hari ke-3 MOPD kami dimarahi di apel pagi berkali-kali lipat dari hari-hari sebelumnya. Kami sudah menyiapkan mental karena kamu sudah membayangkan bahwa hari itu adalah hari terakhir dan pasti hari penghabisan dari semua kejailan kakak-kakak kelas. Dan saat kami semua berkumpul di depan gerbang menunggu persiapan apel pagi, ada salah satu teman sekelas saya yang membawa koran “Monitor Depok” dan menunjukan satu berita yang berisi bahwa di hari terakhir MOPD SMANSA biasanya seperti tradisi smansa yang sudah-sudah, semua peserta MOPD akan di siram dengan menggunakan air dari Rawa Besar. Saat membaca berita tersebut kami sekelas sangat panik karena tidak membawa baju ganti untuk pulang.
            Dan kebenaran berita itu terbukti saat apel sore dan saat upacara penutupan kami semua berkumpul di lapangan dan ada bapak Achmadi selaku kepala sekolah SMANSA Depok, dan beliau mengatakan bahwa beliau sangat kecewa dengan angkatan saya. Beliau mendengar kabar bahwa ada peserta MOPD yang menulis tata tertib di buku MOPD menggunakan kertas karbon dan beliau menyatakan rasa kekecewaan nya terhadap kami semua. Beliau marah dengan kakak MPOS dan beliau berkata bahwa kakak MPOS belum berhasil membimbing kami dan beliau sempat memarahi kak Audi selaku ketua OSIS. Beliau memarahi kak Audi dan berkata bahwa MOPD harus diulang saat bulan puasa, atau angkatan saya harus mengikuti MOPD tahun depan bersama adik-adik kelas sepuluh tahun ajaran 2013/2014. Semua merasa sedih dan kecewa. Tidak hanya peserta MOPD yang merasa sedih. Tetapi semua kakak MPOS menunjukan wajah sedihnya. Awalnya kami mengira itu bagian dari skenario MOPD, tetapi saat mang Udin mengamuk, kami semua merasa sangat takut. Karena apabila itu skenario tidak mungkin sampai mang Udin ikut merasa kecewa dan memarahi kami. Beberapa dari kami sudah ada yang menangis, dan beberapa korlas ada yang menangis.
            Dan kami semua disuruh menundukan kepala sambil memejamkan mata. Saat itu saya duduk disebelah Imam, teman saya dari SMP yang sama. Sambil memejamkan mata Imam berkat “Tha... Lo udah siap basah gak ? Kita duduk paling belakang, Paling basah ini mah” saya pun hanya berkata “Oh iya ! Disiram ! Kita paling belakang, dan jangan ditanya lagi Mam kalau basah, kita paling basah ini” dan sebelum saya sempat menyelesaikan kalimat saya, kami semua pun sudah disiram oleh mang Udin dan kakak-kakak MPOS.Kami semua basah akibat disiram air dari Rawa Besar. Dan bukan hanya kami yang basah karena disiram, tetapi kakak-kakak MPOS juga basah karena mereka saling siram. Selesai melaksanakan MOPD kami semua libur awal puasa, dan masuk di minggu ke 2 bulan puasa. Saat masuk sekolah hari pertama setelah MOPD saya mendapat kelas X-5 yang berwalikelaskan Bu Zarnifatma.
Tidak terlalu asing bagi saya untuk berada di kelas X-5 dikarenakan banyak terdapat teman SMP saya, ada beberapa teman SD saya dan beberapa dari kelas X-5 MOPD, dan seperempat dari sisanya adalah teman-teman baru dari SMP lain. Waktu berjalan begitu cepat, dan UTS pertama pun datang. Saya sibuk mempersiapkan diri untuk UTS dan untuk menerima hasilnya di rapot bayangan. UTS di SMANSA sangat amat berbeda dengan UTS di SMP saya. Kalau dulu di SMP saya, kakak kelas saya mengerjakan soal ujian dengan waktu yang diberikan sangat mepet dan bisa dibilang waktunya kurang. Kalau di SMANSA kakak-kakak kelas saya mengerjakan soal dengan sangat cepat, mereka mengerjakan soal dengan sangat cepat. Sedangkan saya, disaat mereka telah mengumpulkan soal, saya masih memikirkan jawaban untuk nomor selanjutnya.
            Saya rasa cukup sekian autobiografi tentang perjalanan hidup saya selama 15 tahun ini. Memang tidak semua kisah dapat saya ceritakan secara mendetail karena manusia tidak luput dari kata khilaf, dan kekurangan. Mohon maaf apabila dalam autobiografi saya terdapat kata-kata yang kuran berkenan di hati para pembaca. Semoga autobiografi saya dapat membuat para pembaca lebih mengenal perjalan dan kisah hidup saya.

4 komentar: